-->

Iklan

Mitos Tanjakan Emen Subang

Editor
Minggu, 11 Februari 2018, Februari 11, 2018 WIB Last Updated 2018-02-11T04:13:48Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


infosiang.com -  Tanjakan Emen di Subang kembali memakan korban jiwa. Kali ini, 27 orang tewas setelah bus yang mereka tumpangi terguling di kawasan turunan Cicenang, Desa Ciater, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu sore 10 Februari 2018. 
Bukan sekali ini saja tanjakan Emen ini memakan korban. 

 Sebelum kecelakaan kemarin, terakhir tercatat kecelakaan maut yang memakan korban cukup banyak adalah pada Juni 2014. Saat itu bus yang ditumpangi siswa SMA Al Huda Cengkareng, Jakarta Barat terguling di lokasi ini. Sembilan orang yang terdiri dari murid dan guru tewas. 

Tanjakan Emen di Desa Cicenang diberi nama dari seorang sopir bus bernama Emen yang mengalami kecelakaan maut di lokasi itu pada sekitar 1960. Setelah kecelakaan itu, muncul mitos: setiap tahun tanjakan Emen menelan korban jiwa. 

Untuk menghindari nasib sial, banyak sopir membuang puntung rokok yang menyala saat melintas di tanjakan Emen. Konon, para sopir selalu merokok saat menyetir kendaraannya. Struktur jalan di tanjakan Emen sepanjang 3 kilometer di kawasan Tangkuban Parahu itu sejak dulu memang curam. Kecuraman tanjakan Emen sebenarnya masih kalah dari tanjakan Puncak, Cianjur. Namun kemiringan 45-50 derajat membuat beda Tanjakan Emen. 

Pengemudi kerap merasa enak meluncur dari arah Tangkuban Parahu. Sebaliknya, pengendara sangat berat jika menanjak dari arah Ciater. 

 Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pernah mengatakan akan mengevaluasi struktur jalan di Tanjakan Emen ini. "Saya khawatir mitos (tanjakan) Emen jadi bener, setiap tahun ada saja masalah di situ," kata Aher pada 18 Juni 2014 silam. 

 Menurut Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Ajun Komisaris Budhy Hendratno kondisi jalan yang yang dilalui bus pengangkut rombongan dari ciputat itu memiliki permukaan aspal hotmix yang bagus. "Jalan beraspal bagus, menikung dan menurun dari arah Bandung menuju arah Subang," ujar Budhy lewat keterangan tertulisnya Sabtu, 10 Februari 

 November 2004,
 Tiga tewas Bus pariwisata asal Jakarta bernasib kurang beruntung di Tanjakan Emen.
Setelah pulang dari arah Bandung, sopir bus tidak kuasa mengendalikan bus dan tergelincir kemudian terbalik. Diduga bus mengalami rem blong yang mengakibatkan tiga orang tewas dan belasan luka. 
Selain rem blong, kondisi ban bus sudah gundul. 

September 2009, tujuh tewas Medan berat Tanjakan Emen dirasakan warga Buaran, Serpong, Tangerang Selatan. Sebanyak 41 orang mencarter bus Parahyangan berwisata ke Tangkuban Parahu. Nahas, ketika pulang bus mengalami rem blong. Sempat menabrak sebuah mobil dan terguling beberapa kali. Tujuh korban warga Serpong itu tewas sementara belasan lainnya luka berat. 

Oktober 2011, tiga tewas Kecelakaan kali ini menimpa penumpang minibus pariwisata yang membawa wisatawan asal Belgia. Saksi mata melihat minibus sempat mengebut dari arah Tangkuban Perahu kemudian minibus oleng dan menabrak tebing. Tiga penumpang langsung tewas di tempat dan sembilan orang mengalami luka berat. 

Oktober 2012, empat tewas Bus Dian Mitra berjalan menurun dari Tangkuban Parahu ke arah Ciater. Waktu itu bus membawa sekitar 20 wisatawan asal Taiwan. Pukul 11.20 bus menabrak motor sehingga langsung membuat bus oleng dan menabrak tebing dan terguling menutupi jalan. Sebanyak tiga orang asing dan seorang pemandu wisata langsung meninggal. Korban lain sebanyak 26 harus dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

 Juni 2014, sembilan tewas Rombongan SMA Al Huda, Cengkareng, Jakarta Barat mengalami kecelakaan di Tanjakan Emen setelah bus yang mereka tumpangi terguling. Sebanyak 9 orang yang terdiri dari guru dan murid tewas.

Sumber : Tempo
Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+